Penyebab dan Cara Penanganan Kekurangan Energi Protein

10 Juli 2012

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi saja atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi.
Berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi  :

Berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi  :
  • Kekurangan Energi Protein Primer : bila terjadinya akibat tidak tersedianya zat gizi/bahan makanan.
  • Kekurangan Energi Protein Sekunder : bila terjadinya karena adanya kelainan/menderita penyakit.
Bentuk Kekurangan Energi Proein (KEP), berdasarkan penyebab dan gambaran klinisnya dibedakan menjadi :
·        Marasmus : akibat kekurangan energi
·        Kwasiorkor : akibat kekurangan protein
·        Marasmus Kwasiorkor : akibat kekurangan energi dan protein, dimana gambaran klinisnya merupakan gabungan dari kedua kelainan tersebut

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN


Kekurangan Energi Protein (KEP) biasanya menyerang anak-anak kurang dari 5 tahun, dimana pada saat itu kebutuhan energi dan protein sangat tinggi. Marasmus sering dijumpai pada anak < 1 tahun, di daerah urban, sedangkan kwasiorkor sering dijumpai pada usia > 2 tahun di daerah yang kumuh dan padat penduduk.
Di Negara terkebelakang, 0 – 5 % anak menderita KEP yang berat, 50 % anak menderita KEP sedang. Di Negara berkembang 2 % anak menderita KEP berat, 19 % menderita KEP sedang. Di Kota Besar, seperti di Amerika Selatan dan Asia lebih sering dijumpai kasus marasmus sedangkan di Afrika Selatan lebih sering kwasiorkor.

Di Indonesia berdasarkan SUSENAS 1998 dijumpai prevalensi KEP pada balita (dari 23.323.731 balita) adalah sebagai berikut :
  • KEP Ringan 4.576.035 (19,6%)
  • KEP Sedang 1.954.500 (8,4%)
  • KEP Berat 972.292 (4,2%)
Dengan melihat prevalensi tersebut, di Indonesia KEP sudah menjadi masalah gizi pokok yang perlu mendapat perhatian karena akan mempunyai dampak yang sangat luas meliputi gangguan fisik, mental, dan intelegensia, dan akan berpengaruh terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) dari bangsa Indonesia ke depan.

MEKANISME TERJADINYA Kekurangan Energi Protein
Interaksi antara faktor-faktor keberadaan zat gizi (faktor penyebab), cadangan zat gizi dalam tubuh, penyakit infeksi, infestasi cacing, aktifitas (faktor penjamu), pantangan, cara pengolahan (faktor lingkungan)  sangat penting dipertahankan dalam keadaan seimbang  dan optimal. Bila keseimbangan ini tidak terjaga  maka akan terjadi perubahan dalam tubuh, yakni terjadinya pemakaian cadangan zat gizi yang tersimpan dalam tubuh.

Pengobatan terhadap Kekurangan Energi Protein adalah ditujukan untuk menambah zat gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit. Secara garis besar penanganan KEP adalah sebagai berikut :

·        pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein.
·        komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan defiseiensi vitamin diberikan secara bersamaan.
·        penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi tumbuh kembang anak.
·        penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit  akan mempengaruhi keberhasilan penanganan KEP di rumah.
Pencegahan dari KEP pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang dapat dilakukan untuk pencegahan KEP adalah :
·        mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu).
·        mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI.
·        memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi.
·        merehabilitasi anak yang menderita KEP pada fase awal/BGM.
·        meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana.
·        meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain). 


Sumber: http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=10

0 komentar:

Posting Komentar

 
banner