REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alasan utama Research In Motion (RIM) akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Malaysia ternyata karena Indonesia dianggap belum mampu membuat produk Blackberry.*Ketidakmampuan bukan karena masalah teknologi, akan tetapi tak mampu secara modal alias biaya.
Deputi IV Koordinator Bidang Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawady, menyatakan sebelumnya Research In Motion menawarkan kontrak atau lisensi kepada siapapun pengusaha Indonesia yang sanggup membangun industri pembuatan produk Blackberry.
Kala itu menurut Edy hanya ada satu pengusaha yang menawarkan diri, akan tetapi secara modal tak mampu mandiri.
Akan tetapi sebaliknya saat RIM menawarkan ke pihak Malaysia, ada tiga pengusaha yang mengajukan diri baik secara teknologi dan modal sendiri. ‘’Jadi RIM tinggal order saja,’’ tutur Edy bercerita tentang pertemuannya dengan salah satu wakil Presiden RIM, kepada Republika , Kamis (6/ 10) .
Sehingga sebenarnya menurut Edy, RIM sedari awal tak pernah berinvestasi secara fisik di Malaysia, akan tetapi hanya melalui kontrak atau lisensi seperti berbagai merk sepatu dunia yang membangun basis industri di Indonesia. ‘’ Itu loh kayak Nike di Indonesia,’’ tutur Edy.
Sumber: http://id.berita.yahoo.com/kenapa-ri...113639030.html
Seribu Pernak Pernik Ponsel Android Seribu Pernak Pernik Ponsel AndroidDeputi IV Koordinator Bidang Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawady, menyatakan sebelumnya Research In Motion menawarkan kontrak atau lisensi kepada siapapun pengusaha Indonesia yang sanggup membangun industri pembuatan produk Blackberry.
Kala itu menurut Edy hanya ada satu pengusaha yang menawarkan diri, akan tetapi secara modal tak mampu mandiri.
Akan tetapi sebaliknya saat RIM menawarkan ke pihak Malaysia, ada tiga pengusaha yang mengajukan diri baik secara teknologi dan modal sendiri. ‘’Jadi RIM tinggal order saja,’’ tutur Edy bercerita tentang pertemuannya dengan salah satu wakil Presiden RIM, kepada Republika , Kamis (6/ 10) .
Sehingga sebenarnya menurut Edy, RIM sedari awal tak pernah berinvestasi secara fisik di Malaysia, akan tetapi hanya melalui kontrak atau lisensi seperti berbagai merk sepatu dunia yang membangun basis industri di Indonesia. ‘’ Itu loh kayak Nike di Indonesia,’’ tutur Edy.
Sumber: http://id.berita.yahoo.com/kenapa-ri...113639030.html
0 komentar:
Posting Komentar