Bekerja pada malam hari dapat meningkatkan risiko serangan
jantung dan stroke lebih besar 40% bagi pelakunya. Itu temuan dari 34
penelitian terhadap dua juta orang.
Temuan penelitian itu sudah dipublikasikan dalam situs British Medical Journal, seperti dilansir dari dailymail.
Bekerja
pada malam hari telah lama diketahui mengganggu kinerja tubuh yang
dikaitkan dengan penyakit tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
diabetes, namun dampak keseluruhan pada kesehatan kardiovaskular masih
belum jelas.
Sebuah tim peneliti internasional menganalisis hasil dari 34 penelitian yang melibatkan 2.011.935 orang untuk menyelidiki apakah kerja shift dikaitkan dengan kejadian vaskular utama.
Shift kerja malam didefinisikan sebagai jam kerja yang tidak teratur atau tidak ditentukan, jadwal campuran. Penelitian juga melibatkan pekerja di bukan di malam hari untuk mendapat perbandingan.
Hasilnya, secara keseluruhan, yaitu sebanyak 17.359 memiliki koroner, sebanyak 6.598 mengalami serangan jantung dan 1.854 mengalami stroke iskemik disebabkan oleh kekurangan darah ke otak.
Sejumlah kejadian ini lebih umum di antara pekerja normal lainnya.
Kerja shift dikaitkan dengan 23% peningkatan risiko serangan jantung, 24% kenaikan kejadian koroner dan lima persen stroke ekstra.
Sebuah tim peneliti internasional menganalisis hasil dari 34 penelitian yang melibatkan 2.011.935 orang untuk menyelidiki apakah kerja shift dikaitkan dengan kejadian vaskular utama.
Shift kerja malam didefinisikan sebagai jam kerja yang tidak teratur atau tidak ditentukan, jadwal campuran. Penelitian juga melibatkan pekerja di bukan di malam hari untuk mendapat perbandingan.
Hasilnya, secara keseluruhan, yaitu sebanyak 17.359 memiliki koroner, sebanyak 6.598 mengalami serangan jantung dan 1.854 mengalami stroke iskemik disebabkan oleh kekurangan darah ke otak.
Sejumlah kejadian ini lebih umum di antara pekerja normal lainnya.
Kerja shift dikaitkan dengan 23% peningkatan risiko serangan jantung, 24% kenaikan kejadian koroner dan lima persen stroke ekstra.
Namun tidak ditemukan bekerja malam berkaitan dengan tingkat kematian yang disebabkan oleh sejumlah penyakit itu.
Daniel
Hackam, farmakolog Klinis, Pencegahan Stroke & Pusat Penelitian
Aterosklerosis (SPARC), London, Ontario, Kanada, mengatakan risiko
relatif mungkin muncul sederhana, tapi jutaan orang yang kerja shift memiliki risiko tinggi.
Dia mengatakan program skrining dapat membantu mengidentifikasi dan mengobati faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol.
'Pekerja shift harus dididik tentang gejala kardiovaskular dalam upaya untuk mencegah atau menghindari manifestasi klinis awal penyakit," tambahnya.
Dia mengatakan program skrining dapat membantu mengidentifikasi dan mengobati faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol.
'Pekerja shift harus dididik tentang gejala kardiovaskular dalam upaya untuk mencegah atau menghindari manifestasi klinis awal penyakit," tambahnya.
Penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara shift malam dan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita.
Pusat Keselamatan Eksekutif dan Kesehatan di Inggris telah menugaskan peneliti di Oxford untuk mengeksplorasi hubungan antara penyakit kronis dan shift kerja, yang diharapkan akan selesai pada Desember 2015.
Dr Peter Coleman, Wakil Direktur Asosiasi Stroke Riset mengatakan "Itu fakta yang terkenal bahwa jam kerja tidak teratur bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita. Ini mengganggu jam tubuh dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes, yang semuanya merupakan faktor risiko stroke.”
Pusat Keselamatan Eksekutif dan Kesehatan di Inggris telah menugaskan peneliti di Oxford untuk mengeksplorasi hubungan antara penyakit kronis dan shift kerja, yang diharapkan akan selesai pada Desember 2015.
Dr Peter Coleman, Wakil Direktur Asosiasi Stroke Riset mengatakan "Itu fakta yang terkenal bahwa jam kerja tidak teratur bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita. Ini mengganggu jam tubuh dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes, yang semuanya merupakan faktor risiko stroke.”
0 komentar:
Posting Komentar